MAKALAH
Evaluasi Goal Attainment
Mata Kuliah : Evaluasi
Program BK
Dosen Pengampu : Anila
Umriana, M.Pd

Anis Lud Fiana (1401016026)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
I.
PENDAHULUAN
Evaluasi
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sejak lama. Pada masa Yunani, evaluasi
telah dilakukan walaupun masih dalam bentuk yang sederhana dan dianggap sebagai
studi tersendiri dan dianggap sebagai suatu profesi yang profesional. Misalkan
saja Sicrates yang membuat evaluasi sederhana terhadap pelajaran yang ia
berikan kepada murid-muridnya. Pada tahun 1970 evaluasi baru menjadi suatu
kajian yang diangkat sebagai studi tersendiri dan dianggap profesi yang
profesional.
Para ahli
evaluasi tersebut kemudian mengemukakan berbagai macam model evaluasi. Khusus dalam
bidang bimbingan dan konseling, model evaluasi yang sering digunakan untuk
mengevaluasi program bimbingan dan konseling salah satunya adalah model Goal
Attainmen yang dikemukakan oleh Tyler. Berikut ini penulis ingin
menyampaikan tentang model evaluasi Goal Attainment.[1]
II.
RUMUSAN
MASALAH
A.
Bagaimanakah
langkah-langkah dari evaluasi model Goal Attainment ?
B.
Apa
saja kekurangan dan kelebihan dari evaluasi model Goal Attainment ?
III.
PEMBAHASAN
A.
Evaluasi Goal Attainment
Tyler adalah seorang yang dianggap
bapak evaluasi, karena pada tahun 1950 telah memberikan sumbangannya dalam
memberikan definisi pada evaluasi. Tyler menganggap evaluasi merupakan proses
pembandingan antara tujuan yang ditetapkan dengan tujuan yang dapat dicapai.
Definisi Tyler ini memiliki penekanan pada apa yang telah dicapai melalui
program.
Menurut Tyler evaluasi (dalam
kaufman dan Thomas, 1980) pengertian evaluasi perlu ditekankan pada pemerolehan
gambaran mengenai evektifitas sistem pendidikan yang mempengaruhi pencapaian
tujuan pendidikan/pembelajaran. Penekanan evaluasi pada aspek hasil ini
didasarkan pada pemahaman bahwa tujuan pendidikan/pembelajaran adalah adanya
perubahan tingkah laku yang diinginkan pada peserta didik. Untuk itu maka
evaluasi diarahkan untuk memeriksa sejauh mana perubahan-perubahan tingkah laku
yang diinginkan itu telah terjadi pada peserta didik. Dengan diperolrhnya
informasi mengenai sejauh mana tujuan-tujuan dicapai, maka diambil keputusan
tentang tindakan yang perlu diambil sehubungan dengan perbaikan sistem
pendidikan dan peserta didik yang bersangkutan.
Evaluasi harus dilaksanakan secara
berkesinambungan dan terus-menerus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai secara berkelanjutan. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar
tidak hanya terbatas pada segi pengetahuan (kognitif) saja, melainkan juga
mencakup dimensi keterampilan dan nilai atau sikap. Bervariasinya tujuan
pendidikan tesebut memberikan implikasi pada penggunaan alat ukur/intrument evaluasi. Evaluasi tidak cukup lagi hanya
menggunakan tes tertulis, akan tetapi juga tes perbuatan, lembar pengamatan,
serta inventari.
a.
Langkah-langkah
evaluasi
Model evaluasi berbasis tujuan telah dikembangkan dan digunakan
selama delapan tahun pada akhir 1930. Proses ini membawa Tyler memahami
evaluasi sebagai proses menentukan seberapa besar tujuan sebuah program dapat
dicapai. Berdasarkan pemikiran itulah, maka Tyler mengembangkan langkah-langkah
yang digunakan yang dilakukan dalam melakukan evaluasi (Fitzpatrick, et.al,
2004:72). Langkah-langkah tersebut meliputi :
1)
Menentuan
tujuan seluas-luasnya atau sasaran-sasaran
2)
Mengklasifikasikan
tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran
3)
Menegaskan
sasaran dalam bentuk perilaku
4)
Menemukan
situasi-situasi dalam pencapaian tujuan
yang dapat dilihat
5)
Mengembangkan
atau memilih teknik pengukuran
6)
Mengumpulkan
hasil data
7)
Membandingkan
hasil data dengan perilaku berdasarkan tujuan[2]
Goodlad dalam
Sanders (2004) berpendapat bahwa Tyler mempermudah evaluasi karena adanya
tujuan umum untuk menentukan tujuan lebih baik daripada penentuan tujuan khusus
(perilaku) yang tepat. Meskipun demikian tujuan yang luas untuk kegiatan apa
untuk kegiatan apa pun pada akhirnya menuntut definisi operasional. Adany
defnisi operasional membuat rencana pengukuran dan pengaturan dapat dipilih.
Melalui penentuan tujuan umum dan khusus, Tyler percaya bahwa penyedia layanan
dibutuhkan untuk merundingkan kepentingan dan arti tujuan layanan mereka.
Goodlad (1979)
mencacat bahwa Tyler menggambarkan enam kategori dari tujuan pendidikan di
Amerika (Fitzpatrick, et.al, 2004:72)
1)
Tambahan
informasi
2)
Perkembangan
dari kebiasaan kerja dan kemampuan
belajar
3)
Perkembangan
cara berpikir yang efektif
4)
Internalisasi
sikap, minat, apresiasi, dan sensitivitas sosial
5)
Pemeliharaan
kesehatan fisik
6)
Perkembangan
filosofi hidup
Satu publikasi
yang menyatakan pemikiran mengenai tujuan pendidikan yaitu Hanbook Education
Variables (Nowakowski, Bunda, Working, Bernacki, dan Harrington, 1985).
Pedoman tersebut membagi perkembangan siswa tingkat dasar dan siswa tingkat dua
dalam tujuh kategori, meliputi:
1)
Kecerdasan
2)
Emosi
3)
Fisik
dan Rekreasi
4)
Estetis
dan Kebudayaan
5)
Moral
6)
Kejuruan
7)
Sosial
Satu dari tipe
kategori ini diuraikan dalam bagian yang begitu luas untuk dikembangkan.
Seperti sumber mencontohkan tingkatan pada pendekatan yang telah dikembangkan
oleh Tyler. Goodlad (1979) menekankan bahwa evaluasi pendidikan di Amerika
tidak bisa membuat banyak kemajuan sampai tujuan ini dibahas, diterima,
ditetapkan secara operasional dan diawasi. Tyler menekankan betapa pentingnya
memeriksa secara garis besar tujuan sebelum menerimanya sebagai dasar untuk
mengevaluasi kegiatan. Pemeriksaan tujuan yang menggunakan tiga sumber
filosofis ( sifat pengetahuan), sosial (sifat masyarakat), dan pedagosis (sifat
dalam pelajar dan proses pembelajaran.
Pendekatan
berorentasi tujuan telah mendominasi pikiran dan perkembangan dari evaluasi
sejak tahun 1930 di USA dan di wilayah lain. Bloom dan Krathwohl mempengaruhi
perbaikan pendekatan evaluasi berorientasi tujuan dan peneltian mereka tentang
taksonomi tujuan pendidikan yang memiliki tiga ranah, meliputi : ranah
kognitif, ranah efektif, dan ranah konatif. Dengan perkembangn taksonomi tujuan
ini, pendidik memiliki peralatan yang kuat untuk membantu mereka dalam
penggunaan pendekatan Tyler dalam evaluasi.
B.
Kelebihan
dan kekurangan evaluasi model Goal Attainment
a.
Kelebihan
evaluasi model Goal Attainment
Kelebihan
evaluasi goal attainment merupakan model evaluasi ysng sederhana
penekanan evaluasi hanya pada aspek hasil saja membuat evaluasi mudah dipahami,
diikuti dan di implementasikan. Model evaluasi ini sudah disimulasikan selama
bertahun-tahun sehungga menghasilkan tindakan dan instrumen yang sudah
diperhalus. Literatur evaluasi berorientasi tujuan banyak, serta diisi dengan
ide kreatif untuk mengaplikasikan pendekatan ini.
Perkembangan
model evaluasi berbasis tujuan dalam waktu yang lama membuat cara-cara
melakukan pengukuran menjadi bervariasi. Tyler mencoba menggunakan
ukuran-ukuran lain dari suatu capaian yang tidak sama denganukuran-ukuran yang
dipegunakan sebelumnya. Kemajua ini, ditambahkan lagi dengan adanya
pengembangan berbagai intrumen, baik individual maupun kelompok yang dapat
digunakan dalam evaluasi.
b.
Kekurangan
evaluasi model Goal Attainment
Meskipun
memilik banyak kelebihan, akan tetapi model evaluasi Goal Attainment ini
juga memiliki kekurangan. Bebeapa kekurangan tersebut meliputi :
1)
Mengabaikan
aspek perencanaan dan proses pada proses pembelajaran
2)
Banyak
kekurangan standar penilaian yang penting untuk di observasi
3)
Ketidaksesuaian
antara tingkat tujuan dan pelaksanaannya
4)
Pengabaian
nilai tujuan pendekatan evaluasi itu sendiri
5)
Mengabaiakan
alternatif-alternatif penting yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan
program
6)
Melalaikan
konteks yang memiliki wewenang evaluasi
7)
Mengabaikan
hasil penting lainnya yang ditutupi oleh tujuan (hasil yang sengaja didapatkan
dari kegiatan)
8)
Mengabaikan
fakta-fakta dari nilai program yang tidak dapat digambarkan dengan tujuan itu
sendiri[3]
IV.
KESIMPULAN
Model evaluasi
berbasis tujuan telah dikembangkan dan digunakan selama delapan tahun pada
akhir 1930. Proses ini membawa Tyler memahami evaluasi sebagai proses
menentukan seberapa besar tujuan sebuah program dapat dicapai. Berdasarkan
pemikiran itulah, maka Tyler mengembangkan langkah-langkah yang digunakan yang
dilakukan dalam melakukan evaluasi (Fitzpatrick, et.al, 2004:72).
Kelebihan
evaluasi goal attainment merupakan model evaluasi ysng sederhana
penekanan evaluasi hanya pada aspek hasil saja membuat evaluasi mudah dipahami,
diikuti dan di implementasikan. Model evaluasi ini sudah disimulasikan selama
bertahun-tahun sehungga menghasilkan tindakan dan instrumen yang sudah
diperhalus. Literatur evaluasi berorientasi tujuan banyak, serta diisi dengan
ide kreatif untuk mengaplikasikan pendekatan ini.
Meskipun
memilik banyak kelebihan, akan tetapi model evaluasi Goal Attainment ini
juga memiliki kekurangan. Diantaranya : Mengabaikan aspek perencanaan dan
proses pada proses pembelajaran, Banyak kekurangan standar penilaian yang
penting untuk di observasi, Ketidaksesuaian antara tingkat tujuan dan
pelaksanaannya, dll.
V.
PENUTUP
Demikian yang dapat kami tulis,
apabila ada kesalahan kami mohon maaf. Kami mengharap kritik dan saran yang
membnagun agar dapat menjadi sumber rujukan sehingga menjadikan apa yang kami
tulis ini lebih baik di masa mendatang. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Badruman, Aip, Teori dan Aplikasi Program Bimbingan Konseling,
Jakarta Barat :Indeks, 2011
http:ekodagenik.blogspot.co.id/2003/03/teknik-teknik-evaluasi-kegiatan-.htlm?m=1
Winkel W. S. & Sri,
Hastuti,Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan,Yogyakarta :Media
Abadi, 2010