KONSTRUKSI
PENGETAHUAN
Makalah
Makalah
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Psikologi Pendidikan
Dosen
Pengampu : Hj. Elfi Rimayati, S.Ag, M.Pd

Disusun
Oleh:
Rizki
Ulfiyanti (1401016017)
Eka
Kusuma W.B (1401016022)
Anis
Lud Fiana (1401016026)
Imamul
Choiroh (1401016030)
FAKULTAS
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
I.
PENDAHULUAN
Proses belajar mengajar merupakan
aktifitas antara guru dengan siswa di dalam kelas. Dalam proses itu terdapat
proses pembelajaran yang berlangsung akibat penyatuan materi, media, guru,
siswa dan konteks belajar. Proses belajar-mengajar yang baik adalah proses
belajar yang dapat mengena pada sasaran melalui kegiatan yang sistematis dan
untuk itu sangatlah diperlukan keaktifan guru dan siswa untuk menciptakan
proses belajar mengajar yang baik.
Konstruksi pengetahuan adalah kegiatan atau proses
mental seorang siswa dalam menemukan dan mengubah informasi yang diperoleh
sehingga terbentuk pemahaman atau tafsiran secara menyeluruh tentang suatu
pengetahuan. Proses konstruksi pengetahuan adalah suatu cara atau
langkah-langkah yang dilakukan seorang siswa untuk membangun pengetahuannya,
yang berlangsung melalui dua proses konstruktif yakni: proses asimilasi dan
proses akomodasi. Maka dari itu dalam makalah ini akan membahas tentang
pengertian pemgetahuan, proses kontruksi dalam pembelajaran, pengorganisasian
pengetahuan, dan keberagaman proses kontruksi.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A.
Apa Pengertian Konstruksi Pengetahuan ?
B. Bagaimana
Proses konstruksi dalam Pembelajaran ?
C. Apa
Saja Pengorganisasian Pengetahuan ?
D. Apa Saja yang Mendorong Konstruksi Pengetahuan
yang Efektif ?
E. Apa Saja Keberagaman dalam Proses Konstruksi
?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Konstruksi Pengetahuan
Kontruksi merupakan sebuah proses mental dimana seorang pembelajar
mengambil banyak potongan informasi terpisah dan menggunakannya untuk membangun
pemahaman atau tafsiran yang menyeluruh. Di mana proses kontruksi merupakan
inti banyak teori tentang belajar : pembelajaran mengambil sejumlah informasi
yang terpisah dan menggunakannya untuk menciptakan pemahaman atau tafsiran atas
dunia di sekelilingnya. Semua siswa
perlu berinteraksi dengan guru dan teman sebayanya untuk menguji pemikiran
mereka, untuk ditantang, untuk menerima umpan balik, dan untuk melihat
bagaimana orang lain dapat menyesesaikan masalah[1]
Pengetahuan adalah adalah informasi yang telah diproses dan diorganisasikan
untuk memperoleh pemahaman, pembelajaran, dan pengalaman ynag terakumulasi
sehinnga bisa diaplikasikan kedalam masalah atau proses tertentu. Selain itu
pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap objek tertentu.
Konstruksi pengetahuan adalah kegiatan
atau proses mental seorang siswa dalam menemukan dan mengubah informasi yang
diperoleh sehingga terbentuk pemahaman atau tafsiran secara menyeluruh tentang
suatu pengetahuan. Proses konstruksi pengetahuan adalah suatu cara atau
langkah-langkah yang dilakukan seorang siswa untuk membangun pengetahuannya,
yang berlangsung melalui dua proses konstruktif yakni: proses asimilasi dan
proses akomodasi. Menurut Olson, (2008), Asimilasi adalah proses
perubahan apa yang dipahami sesuai dengan struktur kognitif yang ada sekarang,
dengan kata lain, apabila individu menerima informasi atau pengalaman baru maka
informasi tersebut akan dimodifikasi sehingga cocok dengan struktur kognitif
yang telah dimilikinya. Sementara akomodasi adalah proses perubahan
struktur kognitif sehingga dapat dipahami atau penyesuaian struktur kognitif
yang sudah dimilikinya dengan informasi yang diterima.[2]
B.
Proses
konstruksi dalam Pembelajaran
(Ormrod,
2008:324). Ada beberapa proses konstruksi dalam pembelajaran yang harus
dilalui, diantaranya :
a.
Konstruksi dalam
Proses Penyimpanan
Perlu
diperhatikan bahwa siswa sering mengkontruksi makna dan tafsiran mereka yang
unik di setiap materi pelajaran yang mereka ikuti. Ada pendapat yang mengatakan
bahwa pengetahuan dan harapan (ekspektasi) sebelumnya secara khusus mungkin mempengaruhi
proses belajar ketika informasi baru bersifat ambigu. Komunikasi yang baik
dengan para siswa dalam proses pembelajaran sangat perlu diperhatikan baik
tentang akademis atupun non akademis. Sehingga para siswa dapat dengan cepat
mengkontruksi untuk menuju ke proses penyimpanan.
b.
Konstruksi dalam
Proses Pemanggilan
Dalam
suatu peristiwa yang menarik, terkadang orang langsung bisa menjelaskan dengan
detail hanya dengan dipanggil dengan beberapa kata saja. Bahkan peristiwa itu
bisa mengkontruksi dalam memori orang dengan menambahkan beberapa hal yang
menarik. Karena dirasa peristiwa tersebut sangat menarik, sehingga tersimpan
dengan baik dalam ingatan. Dalam situasi yang menarik, orang bisa saja
mengkontruksi memori dalam dirinya terhadap suatu peristiwa dengan
mengkombinasikan bagian-bagian yang menarik yang dapat dipanggil dengan
pengetahuan dan asumsi masing-masing orang mengenai dunia (Roediger &
McDermott, 2000 ;D, L. Schacter, 1999 ). [3]
Dalam
proses konstruksi, hubungan sosial juga diperhatikan karena para siswa juga
perlu bekerja sama. Kerjasama ini dimaksudkan agar jika ada siswa yang bingung
terhadap materi dan malu untuk bertanya bisa bertanya kepada teman dan bisa
melakukan belajar kelompok dengan teman. Dalam beberapa kesempatan, makna
dikonstruksi secara bersama-sama oleh dua orang atau lebih serentak dalam satu
waktu, contohnya ketika salah satu siswa ada yang kebingungan dengan sebuah
materimaka siswa tersebut bertanya pada teman lain atau mengajak temannya untuk
belajar kelompok.
Konstruksi
sosial pada pembelajaran dalam proses penyerapan pengetahuan yang melibatkan
siswa dan guru yang bekerja sama secara aktif untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih baik tentang berbagai informasi atau peristiwa. Meski guru bisa saja
mengambil inisiatif dan memonitor suatu kegiatan belajar, siswa bekerjasama
satu sama lain untuk memahami berbagai topik pelajaran. Para ahli psikologi dan
pendidik semakin mengakui manfaat proses kerja sama para siswa dalam rangka
mengkontruksi makna dari setiap materi pelajaran di kelas, misalnya untuk
mengeksplorasi, menjelaskan, mendiskusikan, dan mendebat topik-topik tertentu
baik dalam kelompok kecil maupun melibatkan seluruh anggota kelas. Ketika siswa
mengkontruksi pemahamannya sendiri, tentu tidak ada jaminan bahwa mereka akan
mengkontruksi pemahaman yang akurat. Kewajiban sebagai seorang guru tidak hanya
membantu siswa mengkontruksi pemahaman yang akurat tentang dunia sekitar
mereka, tetapi juga mendorong mereka melepaskan setiap kepercayaan yang keliru
yang telah mereka konstruksi sebelumnya. Terkadang parasiswa menyimpulkan
secara tidak tepat hubungan sebab akibat antara dua objek atau peristiwa hanya
karena keduanya terjadi pada saat yang sama.
Ketidak
tepat sasaran yang dimaksud adalah pemahaman siswa yang kurang memahami karena
tidak diberikan dasar pemahaman yang matang dari berbagai sumber dan juga siswa
sering memakan mentah setiap literatur yang didapatkan dari manapun tanpa
mendiskusikan terlebih dahulu dengan yang lebih tahu contohnya kepada guru yang
bersangkutan. Siswa terkadang menarik kesimpulan yang salah dengan
mendasarkannya hanya pada bagaimana kelihatannya sesuatu (di Sessa, 1996; Duit,
1991; Reiner et.al, 2000 dalam Jeanne Ellis Ormrod,2008:339).
Menilai
pemahaman siswa juga penting setelah akhir pelajaran, hal tersebut sering
dilupakan oleh beberapa guru. Evaluasi ini berguna jika ada siswa yang memahami
makna yang kurang benar bisa langsung diarahkan. Beberapa mikonsepsi dan
pemahaman yang sebagian benar sebagian salah bisa saja tetap bertahan kendati
kita telah mengerahkan segala usaha untuk meluruskannya.[4]
C.
Pengorganisasian
Pengetahuan
Dalam
proses mengonstruksi pengetahuan, entah secara individu ataupun sosial, siswa
membuat banyak hubungan/keterkaitan (connection) diantara berbagai hal spesifik
yang mereka alami atau pelajari. Dalam tahun-tahun pertama kehidupan,
pengetahuan anak-anak tentang suatu topic melibatkan potongan-potongan
informasi yang berdiri sendiri, namun ketika mereka tumbuh semakin dewasa bagi
pengetahuan mereka semakin terorganiasasi dan terintegrasi. Disini, kita akan
melihat beberapa cara dimana siswa kelihatannya mengorganisasikan berbagai hal
yang mereka pelajari: konsep, skema, skrip, teori dan pandangan dunia.
a. Konsep
Konsep
adalah cara mengelompokkan dan mengkategorikan secara mental berbagai objek
atau peristiwa yang mirip dalam hal tertentu banyak konsep dimiliki oleh semua
manusia dimanapun. Yang lain, hanya ada dalam budaya tertentu saja. Konsep
merupakan inti pmikiran kita, beberapa ahli memandangnya sebagai “unit pikiran
yang paling kecil”. konsep meningkatkan pemikiran kita dalam beberapa cara
salah satunya konsep mengurangi kompleksitas dunia. Mengklasifikasikan objek
dan peristiwa yang sama membuat kehidupan lebih sederhana dan lebih mudah
dipahami. Konsep juga membantu kita menarik kesimpulan dalam situasi-situasi
baru.
b. Skema
dan Skrip
Skema
adalah serangkaian fakta yang terorganisasi secara ketat terkait suatu objek
atau fenomena skema dapat memberikan gagasan tentang apa yang mengenai suatu
objek atau peristiwa. Setiap orang memiliki skema tidak hanya mengenai objek
tetapi juga mengenai peristiwa.
c. Teori
Teori
siswa mengenai dunia membantu mereka mengorganisasikan dan memahami pengalaman
pribadi, materi ajar di kelas, dan informasi baru yang lain. Berbagai teori
yang mereka buat juga bisa menajdi pedoman dalam usaha mereka menguasai
konsep-konsep baru. Pada umumnya teori
awal anak-anak ketika belum sekolah tampaknya muncul hampir atau bahkan sama
sekali tanpa bimbingan individu-individu dewasa yang lebih berpengetahuan,
karena terori yang mereka miliki terkadang disebut teori naïf. Dalam banyak
kesempatan, teori-teori ini memberikan fondasi yang baik sebelum mengikuti
pembelajaran formal dalam mata pelajaran
sains dan mata-mata pelajaran lain. Namun, tekadang juga teori-teori ini
mencakup juga kepercayaan-kepercayaan yang keliru yang dapat menghambat
pembelajaran yang baru.
d. Pandangan
Dunia
Pandangan
dunia adalah serangkaian kepercayaan dan asumsi yang umum tentang realitas
bagaimanakah nyatanya dan bagaimanakah seharusnya realitas itu yang memengaruhi
pemahaman siswa tentang beranekaragamaan fenomena. Berikut beberapa contohnya:
1. Kehidupan
dan alam semesta menjadi ada melalui tindakan alam yang bersifat acak atau
sebagai bagian dari rencana dan maksud ilahi.
2. Manusia
tunduk terhadap kekuatan-kekuatan alam atau harus belajar hidup secara harmoni
dengan alam atau harus berusaha menaklukkan kekuatan-kekuatan alam. [5]
D.
Mendorong Konstruksi Pengetahuan yang Efektif
Dalam
proses belajar melibatkan proses-proses konstruktif sehingga kita mampu
mendorong proses-proses tersebut secara efektif (K.R.Harris & Alexander,
1998, Mayer 2004, Natahali 1996). Para ahli psikologi kognitif percaya bahwa
ada banyak cara membantu siswa mengonstruksi basic pengetahuan yang kaya dan
lebih canggih. Ada beberapa pendekatan dari para ahli psikologi kontemporer dan
pendidik, yaitu:
a) Memberi
kesempatan untuk melakukan eksperimen
Melalui
interaksi dan ujicoba dengan ojek-objek disekitar mereka, siswa dapat menemukan
dari dekat beberapa karakteristik dan prinsip dunia..(Fosnol 1996, Minoque, dan
Jones2006, Moreno 2006).
b) Menyajikan
perspektif ahli
Selain
mengajarkan siswa untuk bereksperimen, kita juga perlu memberikan kesempatan
kepada mereka untuk mendengar dan membaca gagasan para ahli –konsep, prinsip,
teori, dasar- yang telah dikembangkan oleh masyarakat.Untuk menjelaskan aspek
fisik maupun aspek psikologi serta pengalaman manusia (R Driver 1995, Vygotsky,
1962).Siswa paing mungkin mengkonstruksi pandangan yang produktif tentang dunia
saat mereka merasakan manfaat dari mengalamidunia secara langsung dan dari
mempelajari bagaimana orang-orang sebelum mereka menafsirkan pengalaman
manusia.
c) Menekankan
pemahaman konseptual
Yaitu
pengetahuan yang dipelajari secara bermakna dan terintegrasi baik mengebai
suatu topic, termasuk banyak hubungan logis diantara berabagai konsep dan
gagasan spesifik.Semakin sering siswa membentuk kesalingterkaitan dalam sebuah
materi yang mereka pelajarimaka semkinmudah mereka mengingat dan menerapkannya
dikemudian hari. (L.M. Anderson ,1993, Badard & Chi, 1992, J.J. White &
Rumsey, 1994).
d) Mendorong
siswa dialog di kelas
Dialog
didalam kelas membantu siswa memperoleh pemahaman konseptual mengenai materi
pelajaran. Dialog dikelas juga bermanfaaat bagi guru, dengan memonitor komentar
ataupun pertanyaan siswa secara cermat, kita dapat mengidentifikasi dan
memecahkan setiap kesalahpahaman yang bisa menghambat kemampuan mereka
memperoleh pengetahuan dan ketrampilan.
e) Memberikan
aktivitas-aktivitas yang otentik
Aktivitas-aktivitas
otentik (authentic activities, yaitu aktivitas-aktivitas yang mirip dengan apa
yang sering mereka jumpai di dunia luar sekolah. Dengan memberikan
aktivitas-aktivitas dalam konteks dunia nyata, kita membantu siswa menemukan
alas an-alasan mereka mempelajari suatu mata pelajaran. Kita juga meningkatkan
kemungkinan bahwa, dikemudian hari, mereka akan mampu menggunakan informasi dan
ketrampilan yang telah diajarkan. Kita bisa mendapat wawasan tentang tingkat
pengetahuan dan ketrampilan siswa.[6]
f) Merancah
(Scaffold) konstruksi teori
Kontruksi
teori Merancah adalah perangkat yang berfungdi debagai penyanggah (tepat
berpijak) bagi para pekerja hingga bangunan itu sendiri telah cukup kuat untuk
menyanggah mereka.Saat kestabilan bangunan meningkat, perancag menjadi kurang
diperlukan dan akhirnya secara berangsur-angsur dilepaska.
Scaffold Adalah istilah terkait
perkembangan kognitif yang digunakan Vygotsky untuk mendiskripsikan perubahan
dukungan selama sesi pembelajaran, dimana orang yang lebih terampil mengubah
bimbingan sesuai tingkat kemampuan anak. Vygotsky memandang anak-anak
kaya konsep tetapi tidak sistematis, acak dan spontan.[7]
g) Membentuk
komunitas belajar
Komunitas
belajar yaitu kelas diman guru dan siswa bekerja secara aktif dan kolaboratif
dan untuk membantu satu sama lain belajar, siswa dibagi dalm kelompok-kelompok kecil
untuk mempelajari topic yang berbeda anatar kelompok. Dampak positif dalam
pembentukan komunitas kelompok ini yaitu: mendorong proses berpikir yang agak
komplek dan memotivasi siswa serta meningkatkan hubungan yang efektif antar
teman sebaya serta ketrampilan sosial.
E.
Keberagaman dalam Proses Konstruksi
Dalam beberapa kasus materi pelajaran bisa
bertentangan dengan kepercayaan para siswa yang paling fundamental dan akhirnya
dengan pemahaman mendasar tentang siapa mereka sebagai individu, conth siswa yang
budayanya menghubung-hubungkan peristiwa-peristiwa alam (misalnya angin ribut)
dengan kekuatan-kekuatan super natural bisa mengalami kesulitan menerima
penjelasan yang lebih ilmiah dan duniawi. Contoh lain, siswa yang begitu yakin
bahwa manusia diciptakan oleh kekuatan ilahi bisa serta merta menolak setiap
penjelasan yang mengatakan bahwa ras manusia telah berevolusi dari spesies yang
lebih premitif. Dan siswa yang budayanya memandang pertempuran historis
tertentu sebagai melibatkan orang-orang baik yang menang melawan orang-orang
jahat bisa saja meremehkan perspektif yag lebih seimbang. Dalam situasi ini,
tujuan yang mungkin lebih realistis adalah membantu siwa memahami (alih-alih
menerima) penjelasan dan alur penalaran para ilmuan (Southerland & Sinatra,
2003).
Saat membantu siswa mengkontruksi pemahaman
yang bermakna tentang dunia disekitar mereka, kita dapat meningkatkan kesadaran
multikultural mereka dengan mendorong kontruksi yang beragam terhadap situasi
yang sama. Misalnya, kita bisa saja menyjikan migrasi orang barat ke Amerika
Utara selama tahun 1700n dan 1800n dari dua perspektif yang berbeda :
perspektif penghuni Eropa dan perspektif penduduk pribumi Amerika. Salah satu
langkah sederhana untuk melakukannya adalah menunjukkan bahwa orang-orang yang
bermigrasi dianggap sebagai perintis atau penghuni tetap dalam kebanyakan buku
sejarah Amerika Serikat, tetapi dianggap orang asing atau penjajah oleh
penduduk pribumi Amerika (Banks, 1991). Pada akhirnya, kita harus membantu
siswa memahami kompleksitas pengetahuan manusia dan menghargai kenyataan bahwa
bisa saja terdapat beberapa kemungkinan tafsiran terhadap satu peristiwa.
IV.
KESIMPULAN
Konstruksi pengetahuan adalah kegiatan atau proses
mental seorang siswa dalam menemukan dan mengubah informasi yang diperoleh
sehingga terbentuk pemahaman atau tafsiran secara menyeluruh tentang suatu
pengetahuan. Proses konstruksi pengetahuan adalah suatu cara atau
langkah-langkah yang dilakukan seorang siswa untuk membangun pengetahuannya,
yang berlangsung melalui dua proses konstruktif yakni: proses asimilasi dan
proses akomodasi.
Dalam proses konstruksi, hubungan sosial juga
diperhatikan karena para siswa juga perlu bekerja sama. Kerjasama ini
dimaksudkan agar jika ada siswa yang bingung terhadap materi dan malu untuk
bertanya bisa bertanya kepada teman dan bisa melakukan belajar kelompok dengan
teman. Dalam beberapa kesempatan, makna dikonstruksi secara bersama-sama oleh
dua orang atau lebih serentak dalam satu waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Ellis Ormrod, Jeanne, Psikologi Pendidikan Membantu siswa Tumbuh
dan Berkembang, (Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2008)
Jurnal Sainsmat, September 2013,
taufikagungpranowo.blogspot.in/2012/08/konstruktivisme-dalam-pembelajaran.html?m=1
http://www.academia.edu/12044581/Konstruksi_Pengetahuan di akses pada rabu, 16 Nov 2016
http://www.academia.edu/12044581/Konstruksi_Pengetahuan di akses pada rabu, 16 Nov 2016
![]() |
[3]Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan Membantu siswa Tumbuh dan Berkembang, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008), Hal 321-324
[4]taufikagungpranowo.blogspot.in/2012/08/konstruktivisme-dalam-pembelajaran.html?m=1
[5] Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan Membantu siswa Tumbuh dan Berkembang, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008), Hal 326-338
[6] Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan Membantu siswa Tumbuh dan Berkembang, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008), Hal 341-349
No comments:
Post a Comment