Tuesday, May 23, 2017

kontruksi pengetahuan




KONSTRUKSI PENGETAHUAN
Makalah
Makalah Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Hj. Elfi Rimayati, S.Ag, M.Pd

Logo_uin_walisongo.png
Disusun Oleh:
Rizki Ulfiyanti            (1401016017)
Eka Kusuma W.B       (1401016022)
Anis Lud Fiana           (1401016026)
Imamul Choiroh          (1401016030)


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016

       I.            PENDAHULUAN
Proses belajar mengajar merupakan aktifitas antara guru dengan siswa di dalam kelas. Dalam proses itu terdapat proses pembelajaran yang berlangsung akibat penyatuan materi, media, guru, siswa dan konteks belajar. Proses belajar-mengajar yang baik adalah proses belajar yang dapat mengena pada sasaran melalui kegiatan yang sistematis dan untuk itu sangatlah diperlukan keaktifan guru dan siswa untuk menciptakan proses belajar mengajar yang baik.
Konstruksi pengetahuan adalah kegiatan atau proses mental seorang siswa dalam menemukan dan mengubah informasi yang diperoleh sehingga terbentuk pemahaman atau tafsiran secara menyeluruh tentang suatu pengetahuan. Proses konstruksi pengetahuan adalah suatu cara atau langkah-langkah yang dilakukan seorang siswa untuk membangun pengetahuannya, yang berlangsung melalui dua proses konstruktif yakni: proses asimilasi dan proses akomodasi. Maka dari itu dalam makalah ini akan membahas tentang pengertian pemgetahuan, proses kontruksi dalam pembelajaran, pengorganisasian pengetahuan, dan keberagaman proses kontruksi.
    II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Apa Pengertian Konstruksi Pengetahuan ?
B.     Bagaimana Proses konstruksi dalam Pembelajaran ?
C.     Apa Saja Pengorganisasian Pengetahuan ?
D.    Apa Saja yang Mendorong Konstruksi Pengetahuan yang Efektif ?
E.     Apa Saja Keberagaman dalam Proses Konstruksi ?
 III.            PEMBAHASAN
A.    Pengertian Konstruksi Pengetahuan
Kontruksi merupakan sebuah proses mental dimana seorang pembelajar mengambil banyak potongan informasi terpisah dan menggunakannya untuk membangun pemahaman atau tafsiran yang menyeluruh. Di mana proses kontruksi merupakan inti banyak teori tentang belajar : pembelajaran mengambil sejumlah informasi yang terpisah dan menggunakannya untuk menciptakan pemahaman atau tafsiran atas dunia di sekelilingnya.  Semua siswa perlu berinteraksi dengan guru dan teman sebayanya untuk menguji pemikiran mereka, untuk ditantang, untuk menerima umpan balik, dan untuk melihat bagaimana orang lain dapat menyesesaikan masalah[1]
Pengetahuan adalah adalah informasi yang telah diproses dan diorganisasikan untuk memperoleh pemahaman, pembelajaran, dan pengalaman ynag terakumulasi sehinnga bisa diaplikasikan kedalam masalah atau proses tertentu. Selain itu pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu.
Konstruksi pengetahuan adalah kegiatan atau proses mental seorang siswa dalam menemukan dan mengubah informasi yang diperoleh sehingga terbentuk pemahaman atau tafsiran secara menyeluruh tentang suatu pengetahuan. Proses konstruksi pengetahuan adalah suatu cara atau langkah-langkah yang dilakukan seorang siswa untuk membangun pengetahuannya, yang berlangsung melalui dua proses konstruktif yakni: proses asimilasi dan proses akomodasi. Menurut Olson, (2008), Asimilasi adalah proses perubahan apa yang dipahami sesuai dengan struktur kognitif yang ada sekarang, dengan kata lain, apabila individu menerima informasi atau pengalaman baru maka informasi tersebut akan dimodifikasi sehingga cocok dengan struktur kognitif yang telah dimilikinya. Sementara akomodasi adalah proses perubahan struktur kognitif sehingga dapat dipahami atau penyesuaian struktur kognitif yang sudah dimilikinya dengan informasi yang diterima.[2]
B.     Proses konstruksi dalam Pembelajaran
(Ormrod, 2008:324). Ada beberapa proses konstruksi dalam pembelajaran yang harus dilalui, diantaranya :
a.       Konstruksi dalam Proses Penyimpanan
Perlu diperhatikan bahwa siswa sering mengkontruksi makna dan tafsiran mereka yang unik di setiap materi pelajaran yang mereka ikuti. Ada pendapat yang mengatakan bahwa pengetahuan dan harapan (ekspektasi) sebelumnya secara khusus mungkin mempengaruhi proses belajar ketika informasi baru bersifat ambigu. Komunikasi yang baik dengan para siswa dalam proses pembelajaran sangat perlu diperhatikan baik tentang akademis atupun non akademis. Sehingga para siswa dapat dengan cepat mengkontruksi untuk menuju ke proses penyimpanan.
b.      Konstruksi dalam Proses Pemanggilan
Dalam suatu peristiwa yang menarik, terkadang orang langsung bisa menjelaskan dengan detail hanya dengan dipanggil dengan beberapa kata saja. Bahkan peristiwa itu bisa mengkontruksi dalam memori orang dengan menambahkan beberapa hal yang menarik. Karena dirasa peristiwa tersebut sangat menarik, sehingga tersimpan dengan baik dalam ingatan. Dalam situasi yang menarik, orang bisa saja mengkontruksi memori dalam dirinya terhadap suatu peristiwa dengan mengkombinasikan bagian-bagian yang menarik yang dapat dipanggil dengan pengetahuan dan asumsi masing-masing orang mengenai dunia (Roediger & McDermott, 2000 ;D, L. Schacter, 1999 ). [3]
Dalam proses konstruksi, hubungan sosial juga diperhatikan karena para siswa juga perlu bekerja sama. Kerjasama ini dimaksudkan agar jika ada siswa yang bingung terhadap materi dan malu untuk bertanya bisa bertanya kepada teman dan bisa melakukan belajar kelompok dengan teman. Dalam beberapa kesempatan, makna dikonstruksi secara bersama-sama oleh dua orang atau lebih serentak dalam satu waktu, contohnya ketika salah satu siswa ada yang kebingungan dengan sebuah materimaka siswa tersebut bertanya pada teman lain atau mengajak temannya untuk belajar kelompok.
Konstruksi sosial pada pembelajaran dalam proses penyerapan pengetahuan yang melibatkan siswa dan guru yang bekerja sama secara aktif untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang berbagai informasi atau peristiwa. Meski guru bisa saja mengambil inisiatif dan memonitor suatu kegiatan belajar, siswa bekerjasama satu sama lain untuk memahami berbagai topik pelajaran. Para ahli psikologi dan pendidik semakin mengakui manfaat proses kerja sama para siswa dalam rangka mengkontruksi makna dari setiap materi pelajaran di kelas, misalnya untuk mengeksplorasi, menjelaskan, mendiskusikan, dan mendebat topik-topik tertentu baik dalam kelompok kecil maupun melibatkan seluruh anggota kelas. Ketika siswa mengkontruksi pemahamannya sendiri, tentu tidak ada jaminan bahwa mereka akan mengkontruksi pemahaman yang akurat. Kewajiban sebagai seorang guru tidak hanya membantu siswa mengkontruksi pemahaman yang akurat tentang dunia sekitar mereka, tetapi juga mendorong mereka melepaskan setiap kepercayaan yang keliru yang telah mereka konstruksi sebelumnya. Terkadang parasiswa menyimpulkan secara tidak tepat hubungan sebab akibat antara dua objek atau peristiwa hanya karena keduanya terjadi pada saat yang sama.
Ketidak tepat sasaran yang dimaksud adalah pemahaman siswa yang kurang memahami karena tidak diberikan dasar pemahaman yang matang dari berbagai sumber dan juga siswa sering memakan mentah setiap literatur yang didapatkan dari manapun tanpa mendiskusikan terlebih dahulu dengan yang lebih tahu contohnya kepada guru yang bersangkutan. Siswa terkadang menarik kesimpulan yang salah dengan mendasarkannya hanya pada bagaimana kelihatannya sesuatu (di Sessa, 1996; Duit, 1991; Reiner et.al, 2000 dalam Jeanne Ellis Ormrod,2008:339).
Menilai pemahaman siswa juga penting setelah akhir pelajaran, hal tersebut sering dilupakan oleh beberapa guru. Evaluasi ini berguna jika ada siswa yang memahami makna yang kurang benar bisa langsung diarahkan. Beberapa mikonsepsi dan pemahaman yang sebagian benar sebagian salah bisa saja tetap bertahan kendati kita telah mengerahkan segala usaha untuk meluruskannya.[4]
C.     Pengorganisasian Pengetahuan
Dalam proses mengonstruksi pengetahuan, entah secara individu ataupun sosial, siswa membuat banyak hubungan/keterkaitan (connection) diantara berbagai hal spesifik yang mereka alami atau pelajari. Dalam tahun-tahun pertama kehidupan, pengetahuan anak-anak tentang suatu topic melibatkan potongan-potongan informasi yang berdiri sendiri, namun ketika mereka tumbuh semakin dewasa bagi pengetahuan mereka semakin terorganiasasi dan terintegrasi. Disini, kita akan melihat beberapa cara dimana siswa kelihatannya mengorganisasikan berbagai hal yang mereka pelajari: konsep, skema, skrip, teori dan pandangan dunia.
a.       Konsep
Konsep adalah cara mengelompokkan dan mengkategorikan secara mental berbagai objek atau peristiwa yang mirip dalam hal tertentu banyak konsep dimiliki oleh semua manusia dimanapun. Yang lain, hanya ada dalam budaya tertentu saja. Konsep merupakan inti pmikiran kita, beberapa ahli memandangnya sebagai “unit pikiran yang paling kecil”. konsep meningkatkan pemikiran kita dalam beberapa cara salah satunya konsep mengurangi kompleksitas dunia. Mengklasifikasikan objek dan peristiwa yang sama membuat kehidupan lebih sederhana dan lebih mudah dipahami. Konsep juga membantu kita menarik kesimpulan dalam situasi-situasi baru.
b.      Skema dan Skrip
Skema adalah serangkaian fakta yang terorganisasi secara ketat terkait suatu objek atau fenomena skema dapat memberikan gagasan tentang apa yang mengenai suatu objek atau peristiwa. Setiap orang memiliki skema tidak hanya mengenai objek tetapi juga mengenai peristiwa.
c.       Teori
Teori siswa mengenai dunia membantu mereka mengorganisasikan dan memahami pengalaman pribadi, materi ajar di kelas, dan informasi baru yang lain. Berbagai teori yang mereka buat juga bisa menajdi pedoman dalam usaha mereka menguasai konsep-konsep baru.  Pada umumnya teori awal anak-anak ketika belum sekolah tampaknya muncul hampir atau bahkan sama sekali tanpa bimbingan individu-individu dewasa yang lebih berpengetahuan, karena terori yang mereka miliki terkadang disebut teori naïf. Dalam banyak kesempatan, teori-teori ini memberikan fondasi yang baik sebelum mengikuti pembelajaran formal dalam  mata pelajaran sains dan mata-mata pelajaran lain. Namun, tekadang juga teori-teori ini mencakup juga kepercayaan-kepercayaan yang keliru yang dapat menghambat pembelajaran yang baru.
d.      Pandangan Dunia
Pandangan dunia adalah serangkaian kepercayaan dan asumsi yang umum tentang realitas bagaimanakah nyatanya dan bagaimanakah seharusnya realitas itu yang memengaruhi pemahaman siswa tentang beranekaragamaan fenomena. Berikut beberapa contohnya:
1.      Kehidupan dan alam semesta menjadi ada melalui tindakan alam yang bersifat acak atau sebagai bagian dari rencana dan maksud ilahi.
2.      Manusia tunduk terhadap kekuatan-kekuatan alam atau harus belajar hidup secara harmoni dengan alam atau harus berusaha menaklukkan kekuatan-kekuatan alam. [5]
D.    Mendorong Konstruksi Pengetahuan yang Efektif
Dalam proses belajar melibatkan proses-proses konstruktif sehingga kita mampu mendorong proses-proses tersebut secara efektif (K.R.Harris & Alexander, 1998, Mayer 2004, Natahali 1996). Para ahli psikologi kognitif percaya bahwa ada banyak cara membantu siswa mengonstruksi basic pengetahuan yang kaya dan lebih canggih. Ada beberapa pendekatan dari para ahli psikologi kontemporer dan pendidik, yaitu:
a)      Memberi kesempatan untuk melakukan eksperimen
Melalui interaksi dan ujicoba dengan ojek-objek disekitar mereka, siswa dapat menemukan dari dekat beberapa karakteristik dan prinsip dunia..(Fosnol 1996, Minoque, dan Jones2006, Moreno 2006).
b)      Menyajikan perspektif ahli
Selain mengajarkan siswa untuk bereksperimen, kita juga perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mendengar dan membaca gagasan para ahli –konsep, prinsip, teori, dasar- yang telah dikembangkan oleh masyarakat.Untuk menjelaskan aspek fisik maupun aspek psikologi serta pengalaman manusia (R Driver 1995, Vygotsky, 1962).Siswa paing mungkin mengkonstruksi pandangan yang produktif tentang dunia saat mereka merasakan manfaat dari mengalamidunia secara langsung dan dari mempelajari bagaimana orang-orang sebelum mereka menafsirkan pengalaman manusia.
c)      Menekankan pemahaman konseptual
Yaitu pengetahuan yang dipelajari secara bermakna dan terintegrasi baik mengebai suatu topic, termasuk banyak hubungan logis diantara berabagai konsep dan gagasan spesifik.Semakin sering siswa membentuk kesalingterkaitan dalam sebuah materi yang mereka pelajarimaka semkinmudah mereka mengingat dan menerapkannya dikemudian hari. (L.M. Anderson ,1993, Badard & Chi, 1992, J.J. White & Rumsey, 1994).
d)     Mendorong siswa dialog di kelas
Dialog didalam kelas membantu siswa memperoleh pemahaman konseptual mengenai materi pelajaran. Dialog dikelas juga bermanfaaat bagi guru, dengan memonitor komentar ataupun pertanyaan siswa secara cermat, kita dapat mengidentifikasi dan memecahkan setiap kesalahpahaman yang bisa menghambat kemampuan mereka memperoleh pengetahuan dan ketrampilan.
e)      Memberikan aktivitas-aktivitas yang otentik
Aktivitas-aktivitas otentik (authentic activities, yaitu aktivitas-aktivitas yang mirip dengan apa yang sering mereka jumpai di dunia luar sekolah. Dengan memberikan aktivitas-aktivitas dalam konteks dunia nyata, kita membantu siswa menemukan alas an-alasan mereka mempelajari suatu mata pelajaran. Kita juga meningkatkan kemungkinan bahwa, dikemudian hari, mereka akan mampu menggunakan informasi dan ketrampilan yang telah diajarkan. Kita bisa mendapat wawasan tentang tingkat pengetahuan dan ketrampilan siswa.[6]
f)       Merancah (Scaffold) konstruksi teori
Kontruksi teori Merancah adalah perangkat yang berfungdi debagai penyanggah (tepat berpijak) bagi para pekerja hingga bangunan itu sendiri telah cukup kuat untuk menyanggah mereka.Saat kestabilan bangunan meningkat, perancag menjadi kurang diperlukan dan akhirnya secara berangsur-angsur dilepaska.
Scaffold Adalah istilah terkait perkembangan kognitif yang digunakan Vygotsky untuk mendiskripsikan perubahan dukungan selama sesi pembelajaran, dimana orang yang lebih terampil mengubah bimbingan sesuai tingkat kemampuan anak. Vygotsky memandang anak-anak kaya konsep tetapi tidak sistematis, acak dan spontan.[7]
g)      Membentuk komunitas belajar
Komunitas belajar yaitu kelas diman guru dan siswa bekerja secara aktif dan kolaboratif dan untuk membantu satu sama lain belajar, siswa dibagi dalm kelompok-kelompok kecil untuk mempelajari topic yang berbeda anatar kelompok. Dampak positif dalam pembentukan komunitas kelompok ini yaitu: mendorong proses berpikir yang agak komplek dan memotivasi siswa serta meningkatkan hubungan yang efektif antar teman sebaya serta ketrampilan sosial.
E.     Keberagaman dalam Proses Konstruksi
Dalam beberapa kasus materi pelajaran bisa bertentangan dengan kepercayaan para siswa yang paling fundamental dan akhirnya dengan pemahaman mendasar tentang siapa mereka sebagai individu, conth siswa yang budayanya menghubung-hubungkan peristiwa-peristiwa alam (misalnya angin ribut) dengan kekuatan-kekuatan super natural bisa mengalami kesulitan menerima penjelasan yang lebih ilmiah dan duniawi. Contoh lain, siswa yang begitu yakin bahwa manusia diciptakan oleh kekuatan ilahi bisa serta merta menolak setiap penjelasan yang mengatakan bahwa ras manusia telah berevolusi dari spesies yang lebih premitif. Dan siswa yang budayanya memandang pertempuran historis tertentu sebagai melibatkan orang-orang baik yang menang melawan orang-orang jahat bisa saja meremehkan perspektif yag lebih seimbang. Dalam situasi ini, tujuan yang mungkin lebih realistis adalah membantu siwa memahami (alih-alih menerima) penjelasan dan alur penalaran para ilmuan (Southerland & Sinatra, 2003).
Saat membantu siswa mengkontruksi pemahaman yang bermakna tentang dunia disekitar mereka, kita dapat meningkatkan kesadaran multikultural mereka dengan mendorong kontruksi yang beragam terhadap situasi yang sama. Misalnya, kita bisa saja menyjikan migrasi orang barat ke Amerika Utara selama tahun 1700n dan 1800n dari dua perspektif yang berbeda : perspektif penghuni Eropa dan perspektif penduduk pribumi Amerika. Salah satu langkah sederhana untuk melakukannya adalah menunjukkan bahwa orang-orang yang bermigrasi dianggap sebagai perintis atau penghuni tetap dalam kebanyakan buku sejarah Amerika Serikat, tetapi dianggap orang asing atau penjajah oleh penduduk pribumi Amerika (Banks, 1991). Pada akhirnya, kita harus membantu siswa memahami kompleksitas pengetahuan manusia dan menghargai kenyataan bahwa bisa saja terdapat beberapa kemungkinan tafsiran terhadap satu peristiwa.

 IV.            KESIMPULAN
Konstruksi pengetahuan adalah kegiatan atau proses mental seorang siswa dalam menemukan dan mengubah informasi yang diperoleh sehingga terbentuk pemahaman atau tafsiran secara menyeluruh tentang suatu pengetahuan. Proses konstruksi pengetahuan adalah suatu cara atau langkah-langkah yang dilakukan seorang siswa untuk membangun pengetahuannya, yang berlangsung melalui dua proses konstruktif yakni: proses asimilasi dan proses akomodasi.
Dalam proses konstruksi, hubungan sosial juga diperhatikan karena para siswa juga perlu bekerja sama. Kerjasama ini dimaksudkan agar jika ada siswa yang bingung terhadap materi dan malu untuk bertanya bisa bertanya kepada teman dan bisa melakukan belajar kelompok dengan teman. Dalam beberapa kesempatan, makna dikonstruksi secara bersama-sama oleh dua orang atau lebih serentak dalam satu waktu.

















DAFTAR PUSTAKA
Ellis Ormrod, Jeanne, Psikologi Pendidikan Membantu siswa Tumbuh dan Berkembang,    (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008)
Jurnal Sainsmat, September 2013,
taufikagungpranowo.blogspot.in/2012/08/konstruktivisme-dalam-pembelajaran.html?m=1
http://www.academia.edu/12044581/Konstruksi_Pengetahuan di akses pada  rabu, 16 Nov           2016
http://www.academia.edu/12044581/Konstruksi_Pengetahuan di akses pada  rabu, 16 Nov           2016




 


[1] Jurnal Sainsmat, September 2013, Halaman 140-152
[3]Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan Membantu siswa Tumbuh dan Berkembang, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008), Hal 321-324
[4]taufikagungpranowo.blogspot.in/2012/08/konstruktivisme-dalam-pembelajaran.html?m=1

[5] Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan Membantu siswa Tumbuh dan Berkembang, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008), Hal 326-338
[6] Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan Membantu siswa Tumbuh dan Berkembang, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008), Hal 341-349

No comments:

Post a Comment