Konseling dengan Pendekatan Strategi Keluarga
(Strategig Family Counseling)
MAKALAH
Disusun
untuk memenuhi tugas
Mata
Kuliah : Bimbingan dan Konseling Keluarga
Dosen
Pengampu
: Hj. Mahmudah,S.Ag, M.Pd

Disusun
oleh :
Nabila Banafsaj (131111075)
Nani Rahayu (131111087)
Anis Lud Fiana (1401016026)
Nina Mar’atu Sholihah (1401016046)
FAKULTAS
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
I.
PENDAHULUAN
Keluarga
merupakan kesatuan yang terkecil didalam masyarakat tetapi menempati kedudukan
yang primer dan fundamental. Faktor keluarga sangatlah penting karena merupakan
lingkungan pertama bagi seorang anak, dimana keluarga memiliki peranan didalam
pertumbuhan
dan perkembangan pribadi seorang anak.
Didalam
keluarga seringkali terjadi permasalahan yang muncul baik dari luar maupun dari
dalam keluarga itu sendiri. Salah satu dari adanya masalah keluarga adalah
anak. Banyak faktor yang menyebabkan seorang anak menjadi masalah didalam
sebuah keluarga. Kesalahan pendidikan dari kedua orang tua maupun faktor
lingkungan anak yang kurang kondusif dapat mengakibatkan permasalahan didalam
keluarga.
Pelayanan
bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan dalam membantu menyelesaikan
permasalahan yang timbul dalam keluarga. Dalam bimbingan keluarga mengupayakan
pemberian bantuan kepada pra individu sebagai pemimpin atau anggota keluarga
agar mereka mampu menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis, memberdayakan
diri secara produktif, dapat menciptakan dan menyesuaikan diri dengan norma
keluarga, serta berperan atau berpartisipasi aktif dalam mencapai keluarga yang
bahagia. Dalam makalah ini akan dibahas tentang Konseling Keluarga dengan
pendekatan Strategi Keluarga.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa Pengertian
Konseling Pendekatan Strategi keluarga?
B.
Bagaimana Tahapan
Pelaksanaan Konseling dengan Pendekatan Strategi Keluarga?
C.
Apa Saja Teknik
dalam Konseling dengan pendekatan Strategi Keluarga?
D.
Apa Tujuan
Pendekatan Konseling Keluarga?
III.
PEMBAHASAN
A.
Konseling dengan pendekatan Strategi Keluarga (Strategic Family
Counseling)
Pendekatan konseling strategi menurut Jay Haley (Gladding, 1992) adalah campur tangan (intervention)
strategi yang sasarannya pada bentuk keluarga, tradisi untuk setiap keluarga,
dan terapi yang disusun untuk mengatasi masalah dalam keluarga. Jay Haley
(Olson, 2007) juga mengatakan bahwa tingkat kebutuhan dalam keluarga akan
membantu keluarga (anak) untuk berubah
sehingga keterlibatan orang tua menjadi sangat penting. Selain itu juga mengatakan pendekatan ini
bertanggung jawab untuk lansung mempengaruhi orang.[1] Konselor dalam teknik ini menempatkan pada perilaku dan fokus pada
proses daripada isi dari masalah ketidakberfungsian interaksi dalam keluarga.
Melalui hal tersebut maka konselor berperan untuk membentuk serta menciptakan
interaksi baru dalam keluarga dan akan menghasilkan sesuatu yang berbeda.
Menurut Robbin dan
Szaapocznik (2000) terdapat 3 P dalam pendekatan strategi,
yaitu sebagai berikut :
1.) Practical. Pendekatan ini ditujukan untuk melihat
keunikan dari karakteristik sebuah keluarga dalam mengimplementasikan
pengaturan kemampuan, meningkatkan perubahan pada interakasi yang
efektivitasnya maksimum, kecepatan, dan permanen dalam keluarga.
2.)
Problem focused,
pendekatan ini ditujukan untuk membentuk interaksi yang secara langsung dapat
memengaruhi perubahan pada bentuk interaksi yang lebih fokus dalam mengatasi
masalah.
3.)
Planned,
pendekatan ini ditujukan agar konselor memusatkan perhatian dalam merancang
perubahan masalah interaksi menuju interaksi yang sehat serta intervensi yang
bertujuan dan mengarah secara spesifik.[2]
B.
Tahapan Pelaksanaan Konseling dengan Pendekatan Strategi Keluarga
Menurut Haley (1987, dalam Griffin dan Green, 1999) terdapat
tahapan dalam melaksanakan sesi dalam strategic
family counseling, yaitu :
1.)
Social stage
adalah kesempatan untuk saling mengenal satu sama lain serta membuat anggota
keluarga merasa nyaman. Pada tahap ini terdapat beberapa tujuan diantaranya
adalah memberikan banyak informasi yang relevan, menemuan hal-hal yang terkait
dengan anggota keluarga yang terlibat, dan membuat keputusan sementara.
2.)
Problem stage.
Pada tahap ini konselor dapat memulai dengan sharing secara singkat
tentang masalah apa yang sudah dan menggambarkan secara jelas tentang masalah
yang dihadapi klien. Setelah itu mendorong klien untuk berbicara kepada
konselor. Pada tahap ini konselor mendengarkan masalah dari persepektif klien,
menawarkan saran, menanyakan tentang perasaan klien, dan tunjukkan ketertarikan
pada klien.
3.)
Interaction stage.
Setelah konselor mendeskripsikan masalah yang dihadapi pasangan, maka konselor
langsung melakukan interaksi dengan pasangan tersebut dan mendemonstrasikan masalah
yang sedang terjadi antara mereka berdua. Konselor menanyakan pada nggota
keluarga agar mereka dapat saling berbicara satu sama lain. Terdapat dua
langkah untuk menanyakan masalah, yaitu (1) mendorong seluruh anggota keluarga
untuk dapat memberikan komentar pada permasalahan yang dihadapi, (2) mendorong
agar terjadi interaksi diantara mereka terkait dnegan masalah.
4.)
Goal setting stage.
Pada tahap ini konselor dapat memberikan tujuan yang jelas dari pelaksanaan
konseling antara konselor dan klien, menjaga dan fokus pada masalah yang
dihadapi saat ini, fokus pada peubahan yang terjadi pada individu terkait
dengan masalah dan secara perlahan mencegah perilaku yang dapat memperpanjang
masalah mereka, mencatat semua perilaku yang berkaitan dengan tujuan.
5.)
Task setting stage.
Pada tahap ini konselor hendaknya memberikan arahan pada pelaksanaan konseling.
Setiap individu secara langsung terlibat dalam pemebuhan kebutuhan pada proses
konseling agar setiap individu memiliki pengalaman dan dapat digunakan pada sesi
selanjutnya.
C.
Teknik dalam Konseling dengan pendekatan Strategi Keluarga
Teknik yang digunakan pada konseling ini diantaranya adalah latihan
yang teratur, relaksasi, kualitas hubungan setiap anggota keluarga,
meningkatkan religious, dan membangun keterampilan untuk membuat hidup dan
berperilaku yang sehat. Selanjutnya terdapat pula teknik dalam strategic
family counseling menurut Erikson dan Haley, diantaranya adalah :
1. Reframing, mengubah persepsi pada gejala-gejala yang dapat membantu agar
aturan dalam keluarga menjadi baik dan sehat, sehingga aturan tersebut dapat
memberikan perubahan pada perilaku dan situasi dalam keluarga.
2. Directive, instruksi yang diberikan oleh konselor keluarga agar keluarga dapat
berperilaku yang berbeda. Intruksi tersebut dapat berupa pesan secara nonverbal, saran baik langsung
maupun tidak langsung dan memberikan tugas.[3]
D.
Tujuan Pendekatan Konseling Keluarga
Menurut Glick dan Kessler (Goldenberg, 1983) mengemukakan tujuan umum
konseling keluarga adalah untuk memfasilitasi komunikasi pikiran dan perasaan
antar anggota keluarga, mengganti ganguan dan kondisi, memberi pelayanan
sebagai model dan pendidik peran tertentu yang ditunjukkan kepada anggota
lainnya.[4]
Sedangkan menurut konseling pendekatan
strategi keluarga ini bertujuan untuk melakukan perubahan dan yang
mengorganisasikan kembali bentuk keluarga melalui cara yang sehat dan seimbang.
Untuk melakukan hal tersebut diperlukan strategi yang baik agar perubahan yang
terjadi sesuai dengan kebutuhan dari keluarga
tersebut. Dalam mencapai tujuan diperlukan dukungan orang tua dan aplikasi dari
setiap anggota keluarga. Agar dapat tercipta perubahan pada bentuk dan fungsi
dalam keluarga maka diperlukan pengetahuan terhadap kemampuan berpikir, teori
intimasi (attachment), mengatasi trauma pada emosi, kesadaran spiritual,
dan kesehatan fisik.[5]
E. SIMPULAN
Pendekatan konseling strategi menurut Jay Haley (Gladding, 1992) adalah campur tangan (intervention)
strategi yang sasarannya pada bentuk keluarga, tradisi untuk setiap keluarga,
dan terapi yang disusun untuk mengatasi masalah dalam keluarga.
Menurut Haley (1987, dalam Griffin dan Green, 1999) terdapat
tahapan dalam melaksanakan sesi dalam strategic
family counseling, yaitu : Sosial Stage, problem Stage, Interaction Stage, Goal Setting Stage dan Task
Setting Stage.adapun tehnik yang digunakan konseling ini menurut Erikson dan Haley yaitu
Reframing dan Directive.
Tujuan konseling pendekatan strategi keluarga ini
bertujuan untuk melakukan perubahan dan yang mengorganisasikan kembali bentuk
keluarga melalui cara yang sehat dan seimbang. Untuk melakukan hal tersebut
diperlukan strategi yang baik agar perubahan yang terjadi sesuai dengan
kebutuhan dari keluarga tersebut.
F. PENUTUP
Demikian makalah yang kami susun tentang
konseling dengan pendekatan strategi keluarga (Strategi Family Counseling),
kritik dan saran yang membangun kami harapkan untuk perbaikan makalah yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA
Kertamuda, Fatchiah E.Konseling Pernikahan
untuk Keluarga Indonesia, Jakarta: Salemba Humanika,2009
Latipun, Psikologi Konseling,Malang: Umm
Press, 2003
Wikiedia.com/terapi-trategi-keluarga
[2] Fatchiah E.Kertamuda,Konseling
Pernikahan untuk Keluarga Indonesia, Jakarta: Salemba Humanika,2009 hlm.151
[3] Fatchiah E.Kertamuda,Konseling
Pernikahan untuk Keluarga Indonesia, Jakarta: Salemba Humanika,2009 hlm.151
[5] Fatchiah E.Kertamuda,Konseling
Pernikahan untuk Keluarga Indonesia, Jakarta: Salemba Humanika,2009 hlm.150
Konseling dengan Pendekatan Strategi Keluarga
(Strategig Family Counseling)
MAKALAH
Disusun
untuk memenuhi tugas
Mata
Kuliah : Bimbingan dan Konseling Keluarga
Dosen
Pengampu
: Hj. Mahmudah,S.Ag, M.Pd

Disusun
oleh :
Nabila Banafsaj (131111075)
Nani Rahayu (131111087)
Anis Lud Fiana (1401016026)
Nina Mar’atu Sholihah (1401016046)
FAKULTAS
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
I.
PENDAHULUAN
Keluarga
merupakan kesatuan yang terkecil didalam masyarakat tetapi menempati kedudukan
yang primer dan fundamental. Faktor keluarga sangatlah penting karena merupakan
lingkungan pertama bagi seorang anak, dimana keluarga memiliki peranan didalam
pertumbuhan
dan perkembangan pribadi seorang anak.
Didalam
keluarga seringkali terjadi permasalahan yang muncul baik dari luar maupun dari
dalam keluarga itu sendiri. Salah satu dari adanya masalah keluarga adalah
anak. Banyak faktor yang menyebabkan seorang anak menjadi masalah didalam
sebuah keluarga. Kesalahan pendidikan dari kedua orang tua maupun faktor
lingkungan anak yang kurang kondusif dapat mengakibatkan permasalahan didalam
keluarga.
Pelayanan
bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan dalam membantu menyelesaikan
permasalahan yang timbul dalam keluarga. Dalam bimbingan keluarga mengupayakan
pemberian bantuan kepada pra individu sebagai pemimpin atau anggota keluarga
agar mereka mampu menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis, memberdayakan
diri secara produktif, dapat menciptakan dan menyesuaikan diri dengan norma
keluarga, serta berperan atau berpartisipasi aktif dalam mencapai keluarga yang
bahagia. Dalam makalah ini akan dibahas tentang Konseling Keluarga dengan
pendekatan Strategi Keluarga.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa Pengertian
Konseling Pendekatan Strategi keluarga?
B.
Bagaimana Tahapan
Pelaksanaan Konseling dengan Pendekatan Strategi Keluarga?
C.
Apa Saja Teknik
dalam Konseling dengan pendekatan Strategi Keluarga?
D.
Apa Tujuan
Pendekatan Konseling Keluarga?
III.
PEMBAHASAN
A.
Konseling dengan pendekatan Strategi Keluarga (Strategic Family
Counseling)
Pendekatan konseling strategi menurut Jay Haley (Gladding, 1992) adalah campur tangan (intervention)
strategi yang sasarannya pada bentuk keluarga, tradisi untuk setiap keluarga,
dan terapi yang disusun untuk mengatasi masalah dalam keluarga. Jay Haley
(Olson, 2007) juga mengatakan bahwa tingkat kebutuhan dalam keluarga akan
membantu keluarga (anak) untuk berubah
sehingga keterlibatan orang tua menjadi sangat penting. Selain itu juga mengatakan pendekatan ini
bertanggung jawab untuk lansung mempengaruhi orang.[1] Konselor dalam teknik ini menempatkan pada perilaku dan fokus pada
proses daripada isi dari masalah ketidakberfungsian interaksi dalam keluarga.
Melalui hal tersebut maka konselor berperan untuk membentuk serta menciptakan
interaksi baru dalam keluarga dan akan menghasilkan sesuatu yang berbeda.
Menurut Robbin dan
Szaapocznik (2000) terdapat 3 P dalam pendekatan strategi,
yaitu sebagai berikut :
1.) Practical. Pendekatan ini ditujukan untuk melihat
keunikan dari karakteristik sebuah keluarga dalam mengimplementasikan
pengaturan kemampuan, meningkatkan perubahan pada interakasi yang
efektivitasnya maksimum, kecepatan, dan permanen dalam keluarga.
2.)
Problem focused,
pendekatan ini ditujukan untuk membentuk interaksi yang secara langsung dapat
memengaruhi perubahan pada bentuk interaksi yang lebih fokus dalam mengatasi
masalah.
3.)
Planned,
pendekatan ini ditujukan agar konselor memusatkan perhatian dalam merancang
perubahan masalah interaksi menuju interaksi yang sehat serta intervensi yang
bertujuan dan mengarah secara spesifik.[2]
B.
Tahapan Pelaksanaan Konseling dengan Pendekatan Strategi Keluarga
Menurut Haley (1987, dalam Griffin dan Green, 1999) terdapat
tahapan dalam melaksanakan sesi dalam strategic
family counseling, yaitu :
1.)
Social stage
adalah kesempatan untuk saling mengenal satu sama lain serta membuat anggota
keluarga merasa nyaman. Pada tahap ini terdapat beberapa tujuan diantaranya
adalah memberikan banyak informasi yang relevan, menemuan hal-hal yang terkait
dengan anggota keluarga yang terlibat, dan membuat keputusan sementara.
2.)
Problem stage.
Pada tahap ini konselor dapat memulai dengan sharing secara singkat
tentang masalah apa yang sudah dan menggambarkan secara jelas tentang masalah
yang dihadapi klien. Setelah itu mendorong klien untuk berbicara kepada
konselor. Pada tahap ini konselor mendengarkan masalah dari persepektif klien,
menawarkan saran, menanyakan tentang perasaan klien, dan tunjukkan ketertarikan
pada klien.
3.)
Interaction stage.
Setelah konselor mendeskripsikan masalah yang dihadapi pasangan, maka konselor
langsung melakukan interaksi dengan pasangan tersebut dan mendemonstrasikan masalah
yang sedang terjadi antara mereka berdua. Konselor menanyakan pada nggota
keluarga agar mereka dapat saling berbicara satu sama lain. Terdapat dua
langkah untuk menanyakan masalah, yaitu (1) mendorong seluruh anggota keluarga
untuk dapat memberikan komentar pada permasalahan yang dihadapi, (2) mendorong
agar terjadi interaksi diantara mereka terkait dnegan masalah.
4.)
Goal setting stage.
Pada tahap ini konselor dapat memberikan tujuan yang jelas dari pelaksanaan
konseling antara konselor dan klien, menjaga dan fokus pada masalah yang
dihadapi saat ini, fokus pada peubahan yang terjadi pada individu terkait
dengan masalah dan secara perlahan mencegah perilaku yang dapat memperpanjang
masalah mereka, mencatat semua perilaku yang berkaitan dengan tujuan.
5.)
Task setting stage.
Pada tahap ini konselor hendaknya memberikan arahan pada pelaksanaan konseling.
Setiap individu secara langsung terlibat dalam pemebuhan kebutuhan pada proses
konseling agar setiap individu memiliki pengalaman dan dapat digunakan pada sesi
selanjutnya.
C.
Teknik dalam Konseling dengan pendekatan Strategi Keluarga
Teknik yang digunakan pada konseling ini diantaranya adalah latihan
yang teratur, relaksasi, kualitas hubungan setiap anggota keluarga,
meningkatkan religious, dan membangun keterampilan untuk membuat hidup dan
berperilaku yang sehat. Selanjutnya terdapat pula teknik dalam strategic
family counseling menurut Erikson dan Haley, diantaranya adalah :
1. Reframing, mengubah persepsi pada gejala-gejala yang dapat membantu agar
aturan dalam keluarga menjadi baik dan sehat, sehingga aturan tersebut dapat
memberikan perubahan pada perilaku dan situasi dalam keluarga.
2. Directive, instruksi yang diberikan oleh konselor keluarga agar keluarga dapat
berperilaku yang berbeda. Intruksi tersebut dapat berupa pesan secara nonverbal, saran baik langsung
maupun tidak langsung dan memberikan tugas.[3]
D.
Tujuan Pendekatan Konseling Keluarga
Menurut Glick dan Kessler (Goldenberg, 1983) mengemukakan tujuan umum
konseling keluarga adalah untuk memfasilitasi komunikasi pikiran dan perasaan
antar anggota keluarga, mengganti ganguan dan kondisi, memberi pelayanan
sebagai model dan pendidik peran tertentu yang ditunjukkan kepada anggota
lainnya.[4]
Sedangkan menurut konseling pendekatan
strategi keluarga ini bertujuan untuk melakukan perubahan dan yang
mengorganisasikan kembali bentuk keluarga melalui cara yang sehat dan seimbang.
Untuk melakukan hal tersebut diperlukan strategi yang baik agar perubahan yang
terjadi sesuai dengan kebutuhan dari keluarga
tersebut. Dalam mencapai tujuan diperlukan dukungan orang tua dan aplikasi dari
setiap anggota keluarga. Agar dapat tercipta perubahan pada bentuk dan fungsi
dalam keluarga maka diperlukan pengetahuan terhadap kemampuan berpikir, teori
intimasi (attachment), mengatasi trauma pada emosi, kesadaran spiritual,
dan kesehatan fisik.[5]
E. SIMPULAN
Pendekatan konseling strategi menurut Jay Haley (Gladding, 1992) adalah campur tangan (intervention)
strategi yang sasarannya pada bentuk keluarga, tradisi untuk setiap keluarga,
dan terapi yang disusun untuk mengatasi masalah dalam keluarga.
Menurut Haley (1987, dalam Griffin dan Green, 1999) terdapat
tahapan dalam melaksanakan sesi dalam strategic
family counseling, yaitu : Sosial Stage, problem Stage, Interaction Stage, Goal Setting Stage dan Task
Setting Stage.adapun tehnik yang digunakan konseling ini menurut Erikson dan Haley yaitu
Reframing dan Directive.
Tujuan konseling pendekatan strategi keluarga ini
bertujuan untuk melakukan perubahan dan yang mengorganisasikan kembali bentuk
keluarga melalui cara yang sehat dan seimbang. Untuk melakukan hal tersebut
diperlukan strategi yang baik agar perubahan yang terjadi sesuai dengan
kebutuhan dari keluarga tersebut.
F. PENUTUP
Demikian makalah yang kami susun tentang
konseling dengan pendekatan strategi keluarga (Strategi Family Counseling),
kritik dan saran yang membangun kami harapkan untuk perbaikan makalah yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA
Kertamuda, Fatchiah E.Konseling Pernikahan
untuk Keluarga Indonesia, Jakarta: Salemba Humanika,2009
Latipun, Psikologi Konseling,Malang: Umm
Press, 2003
Wikiedia.com/terapi-trategi-keluarga
[2] Fatchiah E.Kertamuda,Konseling
Pernikahan untuk Keluarga Indonesia, Jakarta: Salemba Humanika,2009 hlm.151
[3] Fatchiah E.Kertamuda,Konseling
Pernikahan untuk Keluarga Indonesia, Jakarta: Salemba Humanika,2009 hlm.151
[5] Fatchiah E.Kertamuda,Konseling
Pernikahan untuk Keluarga Indonesia, Jakarta: Salemba Humanika,2009 hlm.150
No comments:
Post a Comment