Thursday, May 25, 2017

dakwah dan problem kontemporer



DAKWAH DAN PROBLEM KONTEMPORER
Makalah
Makalah Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Filsafat Dakwah
Dosen Pengampu : Drs. Kasmuri, M.Ag

Logo_uin_walisongo.png

Disusun Oleh:
Anis Lud Fiana                       (1401016026)
Reza Muhammad Azhari        (1401016084)
Dina R. Sa’diah                      (1401016101)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
       I.            PENDAHULUAN
Era globalisasi dan kontemporer ini seakan tidak bisa dibendung lajunya memasuki setiap sudut negara dan menjadi sebuah keniscayaan. Era ini menghendaki setiap negara beserta individunya harus mampu bersaing satu sama lain baik antar negara maupun antar individu. Persaingan yang menjadi esensi dari globalisasi sering memiliki pengaruh dan dampak yang negatif jika dicermati dengan seksama. Pengaruh yang ada dari globalisasi pada aspek kehidupan meskipun awal tujuannya diarahkan pada bidang ekonomi dan perdagangan serta memberikan dampak multidimensi.
Persoalan yang kita hadapi sekarang adalah tantangan dakwah yang semakin hebat, baik yang bersifat internal mau­pun eksternal. Tantangan itu muncul dalam berbagai bentuk kegiatan masyarakat modern, seperti perilaku dalam menda­patkan hiburan (enter­tain­ment), kepariwisataan dan seni dalam arti luas, yang semakin mem­buka peluang munculnya kerawanan-kerawanan moral dan etika.
Dampak globalisasi dalam dunia dakwah sangat dirasakan dampaknya. Banyak kasus yang muncul, misalnya pergaulan bebas yang juga muncul adalah dampak negatif dari nilai-nilai di atas. Persoalan miras, narkoba, dan lain-lain, dikarenakan sebuah pemujaan terhadap kebebasan pribadi yang tidak lagi mengindahkan nilai-nilai agama. Sehingga dampaknya ternyata bukan hanya menimpa dirinya sendiri, tetapi juga terhadap masyarakat dan siswa yang lain. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas tentang  dakwah kontemporer.
    II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Apa pengertian dakwah kontemporer ?
B.     Apa saja problema dakwah di era kontemporer ?
C.     Bagaimana metode dakwah kontemporer ?
 III.            PEMBAHASAN
A.    Pengertian Dakwah Kontemporer
Dakwah kontemporer adalah dakwah yang dilakukan dengan cara menggunakan teknologi modern yang sedang berkembang. Dakwah kontemporer ini sangat cocok apabila dilakukan dilingkungan masyarakat latarbelakang menengah keatas.
Teknis dakwah kontemporer ini lain dengan dakwah kultural. Dimana dakwah kultural dilakukan dengan menyesuaikan budaya masyarakat setempat, tetapi dakwah kontemporer dilakukan dengan cara mengikuti teknologi yang sedang berkembang. Persaingan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, khususnya dalam bidang periklanan adalah tantangan da’i untuk segera berpimdah ke dakwah kontemporer yaitu dakwah yang dimaksudkan adalah dakwah yang menggunakan fasilitas teknologi modern contohnya iklan tv.
Materi dakwah yang tepat untuk menghadapi masyarakat modern ini adalah materi tentang kajian yang bersifat tematik, artinya islam harus di kaji dengan cara mengamil tema-tema tertentu sesuai dengan  tuntutan zaman. Sedangkan fasilitas yang tepat adalah dengan menggunakan media cetak dan elektronik.
B.     Problema Dakwah Sebagai Dampak dari Kemajuan Era Kontemporer
Beberapa problema dakwah sebagai dampak dari kemajuan era kontemporer ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.      Science dan Teknologi
Menurut Koentowijoyo, ada tiga problem yang dianggap paling menonjol bagi manusia modern dimana science dan teknologi sebagai basisnya dan dengan tiga problem tersebut, manusia modern pantas diibaratkan sebagai cermin yang terpecah-pecah. Problem-problem tersebut adalah industrialisasi, rasionalisasi, dan alienasi
a)      Problem Industrialisasi
Industrialisasi merupakan sebuah hasil dari pengembangan sience dan teknologi telah banyak membuka lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat yang sebelumnya bergerak di sektor irigasi dan pertanian.  Pertanian sudah dianggap tidak menjanjikan, tidak saja karena hasilnya yang relatif rendah, tetapi juga lahan pertanian yang ada semakin berkurang sebagai akibat dari bertambahnya penduduk dan makin terkikisnya lahan pertanian oleh kegiatan industrialisasi.
Di sisi industralisasi memang menjadikan kehidupan lebih nyaman dengan memanfaatkan fasilitas yang diproduk oleh industri sehingga berbagai kesulitan dapat teratasi dengan tepat dan aman. Namun demikian karena industralisasi lebih mengutamakan efektifitas dan efisiensi maka nilai personal yang selama ini terbangun dalam masyarakat pertanian, bergeser menjadi inpersonal yang cenderung lebih individualis dan fragmatis.
Pada sisi lain industralisasi dengan demikian telah memaksa seseorang untuk tunduk di atas kerja mesin yang secara programing diatur, baik waktu, cara kerja maupun target hasil yang ingin dicapainya. Dengan kata lain manusia dipaksa dengan tunduk kepada kerja mesin  yang tidak mengenal rasa kemanusiaan dan yang terjadi hanyalah sebuah keinginan untuk mencapai hasil produk yang berlimpah.
Kondisi seperti ini pada akhirnya akan membentuk sebuah karakter, dimana manusia tidak mengenal sistem nilai dan moralitas agama yang slama ini dipegang teguh secara turun menurun. Kondisi masyarakat industrial dari perspektif budaya telah retak dan bercerai-berai dimana masyarakat yang selama ini berpegang teguh pada nilai-nilai keagamaan, yang menyangkut nilai baik, benar dan indah, menjadi terpecah-belah dan yang ada tinggallah naluri keindahan (estetika) saja. Dengan demikian moral Al qur’an yang baik dan benar tidak menjadi acuan.
b)      problem rasionalisasi
August Comte telah mempetakan perkembangan pengetahuan manusia secara evaluatif dari sejak pengetahuan yang bersumber dari agama yang meletakkan kekuatan adikodrati (Tuhan) sebagai penyebab segala peristiwa yang terjadi, bergeser pada pengetahuan metafisik. Pada periode ini peran Tuhan tergeser oleh potensi filsafat yang bersifat abstrak dan substantif. Selanjutnya pengetahuan manusia yang metafisis tersebut bergeser kepada pengetahuan yang bersifat faktual yang oleh penemunya, August Comte disebut positifisme. Pada era ini manusia menjadikan pengetahuan rill yang bersifat induktif sebagai sumber dari pengetahuan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan buah dari rasionalisme sudah mampu merubah tatanan kehidupan semakin nyaman dan mudah. Kemudahan-kemudahan itu dirasakan tidak saja menyentuh pada persolan akses terhadap potensi perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri, tetapi sudah merambah pada seluruh sektor kehidupan seperti ekonomi, budaya, pertanian, pendidikan, militar, birokrasi dan lain-lainnya.
Persoalan kemudian muncul, ketika sikap dan perilaku manusia secara utuh menyandar segala penyelesaian problema kehidupannya hanya kepada ilmu pengetahuan dan teknologi, yang merupakan hasil temuan dan ciptaannya sendiri, maka pada akhirnya manusia tidak akan memberikan tempat kepada agama yang selama ini diyakini kebenarannya. Agama kemudian dianggap sebagai suatu yang hanya mengatur perkawinan, kematian serta ritual-ritual lain yang dapat menghubungkan manusia dengan maha pencipta saat ada kebutuhan. Artinya kalau tidak ada suatu kebutuhan, maka intervensi Tuhan tidak dibutuhkan.[1] 
c)      problem alienasi
Problem alienasi atau merasa asing dalam keramaian adalah sebagai akibat dari perkembangan industralisasi dan rasionalisasi. Manusia ketika itu banyak yang kehilangan pijakan, serta merasa berada dalam suatu kehidupan yang semakin tidak menentu. Tuhan yang diyakini, tidak banyak membantu dalam penyelesaian berbagai problem kehidupan, menjadikan manusia putus asa, dan tidak berdaya menghadapi kesulitan hidup yang ia sendiri tidak padam mengapa hal tersebut terjadi.
Bila demikian, problem alienasi tidak hanya dirasakan oleh mereka yang tidak terlibat secara langsung dalam proses kemajuan. Hal tersebut dikarenakan mereka mengalami berbagai hal yang tidak memungkinkan untuk mendapatkan akses dalam kemajuan, seperti kurang dibekalinya skill dan profesionalitas di tengah-tengah persaingan hidup. Tetapi lebih jauh alienasi  juga akan dirasakan oleh mereka yang cukup piawai dalam pemilihan terhadap berbagai fasilitas dan mereka yang mempunyai kemampuan dalam menyikapi suatu kehidupan yang dianggapnya lebih layak dan menjanjikan.
Untuk yang pertama, rasa ketersaingan akan melahirkan penyimpangan perilaku yang menyusahkan banyak orang seperti, tindak kejahatan yang disertai kekerasan, anak jalanan, pelacuran, msbuk-mabukan, bunuh diri serta meminta-minta dan lain-lainnya.
Kedua, rasa keterasingan akan melahirkan penyimpangan perilaku yang juga akan merugikan banyak orang seperti korupsi, penyucian uang, pemalsuan identitas, teror, bunuh diri, dan sebagainya. Semua penyimpangan perilaku tersebut adalah konsekwensi dari rasa keterasingan yang justru berada dalam kecukupan materi, serta sebagai konsekwensi dari rasa bosan yang justru berada dalam gemerlapannya hiburan.
Problem-problem kontemporer diatas semestinya tidak boleh terjadi bila agama islam, dalam artian yang sebenarnya, menjadi bagian dalam sistem kehidupan. Adakalanya tugas dakwah untuk menjelaskan berbagai akibat negatif dari penyimpangan perilaku dan tugas dakwah pula untuk membimbingnya ke jalan yang seharusnya dilalui sesuai dengan petunjuk Allah dan Rosulnya, melalui suatu pendekatan yang menyenangkan serta motifasi yang menyejukkan seperti yang dijelaskan Allah dalam surah Ali Imron 159 yang artinya maka disebabkan Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan dari diri sekelilingmu. Karena itu maaafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahkan dengan dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhny Allah menyukai orang-orang yang brtawakkal kepada-Nya.
2.      Informasi dan Globalisasi
Diakui bahwa kekuatan baru di era globalisasi, yaitu ketika dunia sudah tidak mengenal batas geografis, budaya dan bahkan agama seperti sekarang, adalah berada diatas kekuatan informasi, dan karenanya barang siapa yang menguasai informasi maka ditangan merekalah kekuatan berada.
Informasi sebagai kekuatan baru mampu membentuk sikap dan karakter seseorang berubah seketika, tidak hanya hitungan jam apalagi hari tetapi bisa dalam hitungan menit atau detik saja. Dengan demikian tidak salah kalau kemudian dikatakan bahwa informasi mampu menciptakan sebuah revolusi dalam suatu pranata sosial kehidupan global yang lebih desentralistik serta demokratis.
Namun demikian bukan berarti, revolusi informasi dan globalisasi itu tidak akan menimbulkan problem baru bagi kehidupan, paling tidak ada beberapa kekhawatiran dari dampak globalisasi dan teknologi informasi, misalnya dari tokoh George Gerbner seorang pakar komunikasi dan peneliti televisi di Amerika mengatakan bahwa televisi adalah agama masyarakat industri. Televisi telah menggeser agama-agama konvensional karena khotbah-khotbahnya didengar dan disaksikan oleh jamaah besar daripada jamaah agama manapun.[2]
3.      Kebangsaan dan Pluralisme
Istilah kebangsaan sering dikaitkan dengan sebuah bangsa dalam suatu ikatan keanggotaan yang disusun secara sengaja dan kadang memaksa dalam suatu bangsa atas dasar kesamaan identitas etnis dan keagamaan serta kesetiaan politik. Istilah lain yang searti adalah keumatan yang cenderung bernuansa religius karena kita umat adalah istilah Al Qur’an dan sering digunakan oleh umat islam yang penggunaannya sesuai dengan perkembangan umat Islam dari waktu ke waktu.
Menurut Sidney Jones,  kata umat dipakai hanya meliputi sesama kaum muslimin yang tinggal disebuah kawasan, ketika masyarakat suku-suku bangsa Indonesia di jajah oleh pemerintah kolonial. Kemudian berkembang meliputi semua kaum muslimin diseluruh dunia. Sedangkan pluralisme yang dalam filosofi bangsa Indonesia berada dalam bingkai Binneka Tunggal Ika, tidak hanya berkaitan dengan ras, etnis, bahasa dan warna kulit, tetapi juga menyangkut beberapa hal yang lebih luas seperti budaya dan agama.
Beberapa ayat ini menurut para ahli dapat menyembatani konsep plurarisme ini :
Hujurat ayat 13 yang artinya hal manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seseorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa kepada diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.
Demikian juga dalam surah al-Syura ayat 8 yang artinya  dan kalau Allah menghendaki niscaya Allah menjadikan mereka satu umat (saja).
4.      Civil society dan demokrasi
Problem dakwah yang lain adalah semakin kuatnya civil society dan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yang dianggap oleh sebagian umat islam sebagai ancaman terhadap pemerintahan yang sah. Dalam dunia modern, civil society sebagai lembaga non pemerintah menghendaki warga sipil untuk lebih berdaya dalam menghadapi berbagai permasalahan bangsa dan negara, dan bersama kekuatan yang lain yaitu negara dan pengusaha secara bersama-sama membangun budaya yang demokratis.
Dalam teori kenegaraan modern ada tiga domain yang kesemuanya harus kuat yaitu negara, civil society atau masyarakat dan pengusaha. Dimana ketiganya saling membangun demokratisasi sesuai dengan konstitusi masing-masing.
Dakwah dengan demikian dapatnya menemukan tema-tema sentral yang menjembatani berbagai problema di atas, bahwa mayoritas bangsa indonesia adalah beragama Islam maka penguatan terhadap civil society sebenarnnya umat islam pihak yang diuntungkan . hal ini bisa dipahami karena civil society akan memposisikan daya tawar umat islam menjadi semakin kuat, sehingga upaya untuk menegosiasikan konsep daaan ajaran islam dalam tataran kebijakan negara akan lebih mudah dibanding dengan menggunakan kekuata fisik yang cenderung merusak citra islam sendiri.
5.      Agama dan sistem nilai
Problem kontemporer yang lain adalah keberagamaan agama dan sistem nilai yang dibangunnya bergeser kepada berbagai persoalan kehidupan yang dianggap telah menggantikan posisi agama dengan segala muatan sistem nilainya. Ketika manusia berada dalam suasana dimana kehidupan masih sederhana, keakraban serasa menyejukkan sehingga relasi antar manusia sangat personal dan penuh persaudaraan, dalam suasana sistem nilai yang di taati.
Namun ketika manusia sudah banyak tercukupi oleh berbagai fasilitas dan materi sebagai akibat dari kemajuan ilmu teknologi, sistem nilai yang dibangun oleh agama, bergeser kepada sistem nilai yang dibangun oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Nilai agama tentang ukhuwah  dalam suasana batin keakraban yang sangat personal bergeser kepada nilai inpersonal. Nilai agama tentang ta’awun dalam suasana batin kegotong-royongan bergeser pada individualis, demikian seterusnya.[3]
6.      Metode Dakwah Kontemporer
Metode dakwah yang dapat di aplikasikan dalam berbagai pendekatan dakwah kontemporer, diantaranya adalah :
1.      Pendekatan personal ; pendekatan ini terjadi dengan individual. Antara Da’i dan mad’u langsung bertatap muka sehingga materi yang disampaikanlangsung diterima.
2.      Pendekatan pendidikan ; pada masa nabi dakwah lewa pendidikan dilakukan beriringan dengan masuknya islam kepada kalangan sahabat. Begitu juga pada masa sekarang ini bisa lilihat darinteraplikasinya dalam lembaga-lembaga pendidikan pesantren, yayasan yang bercorak islam ataupin perguruan yang terdapat materi-materi keislaman.
3.      Pendekatan diskusi ; pendekatan diskusi pada era sekarang dilakukan lewat berbagai diskusi keagamaan, da’i berperan sebagai nara sumber.
4.      Pendekatan penawaran ; cara ini dilakukan nabi dengan memakai metode yang tepat tanpa paksaan sehingga mad’u ketika meresponnya tidak dalam keadaan tertekan bahkan ia melakukannya dari hati.
5.      Pendekatan misi ; maksud dari pendekatan ini adalah pengiriman para da’i ke daerah-daerah di luar tempat domisili.[4]
 IV.            KESIMPULAN
Dakwah kontemporer adalah dakwah yang dilakukan dengan cara menggunakan teknologi modern yang sedang berkembang. Dakwah kontemporer ini sangat cocok apabila dilakukan dilingkungan masyarakat latarbelakang menengah keatas.
Teknis dakwah kontemporer ini lain dengan dakwah kultural. Dimana dakwah kultural dilakukan dengan menyesuaikan budaya masyarakat setempat, tetapi dakwah kontemporer dilakukan dengan cara mengikuti teknologi yang sedang berkembang.
Beberapa problema dakwah sebagai dampak dari kemajuan era kontemporer ini dapat dijelaskan sebagai berikut : Science dan Teknologi, Informasi dan Globalisasi, Kebangsaan dan Pluralisme, Civil society dan demokrasi, Agama dan sistem nilai.















DAFTAR PUSTAKA

Rahmat ,Jalaludin, Islam Aktual, (Bandung: Mizan 1991)
Sunardi, Nietzsche, (Yogyakarta: LkiS, 1996)
Syamhudi , Hasyim, Filsafat Dakwah,(Yogyakarta: Pustaka Ilmu)












[1] St. Sunardi, Nietzsche, (Yogyakarta: LkiS, 1996), hlm. 43
[2] Jalaludin Rahmat, Islam Aktual, (Bandung: Mizan 1991). Hlm 71
[3]  Hasyim Syamhudi, Filsafat Dakwah,(Yogyakarta: Pustaka Ilmu) hlm. 241-248

No comments:

Post a Comment